Besarnya angka kejadian keguguran cukup sulit untuk diketahui secara pasti. Sekitar 15 hingga 40% kejadian keguguran biasanya diketahui dari ibu yang sudah dinyatakan positif hamil dan 60 hingga 75% keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu. Perlu diketahui, pada kehamilan 8 hingga 10 minggu, plasenta belum terbentuk dengan baik.
Tanda-tanda terjadinya keguguran adalah sebagai berikut:
- Kejang atau nyeri pada perut bagian bawah dan disertai dengan keluarnya darah
- Nyeri yang sangat atau menetap dan berlangsung selama 24 jam atau lebih tanpa disertai perdarahan
- Perdarahan banyak seperti menstruasi, namun tanpa nyeri
- Keluar bercak ringan yang terus-menerus selama 3 hari atau lebih
Jenis-jenis keguguran dapat dikelompokkan menjadi:
- Abortus imminens
Sering disebut ancaman keguguran, dimana konsepsi (hasil pembuahan) lepas sebagian atau ada perdarahan di belakang tempat penempelan pada dinding rahim. Janin masih di dalam dan hidup sehingga umumnya bisa diselamatkan. - Abortus insipiens
Sebagian jaringan di mulut rahim, tapi konsepsi masih di dalam. Kecil sekali kemungkinan untuk melanjutkan kehamilan. - Abortus inkomplet
Sebagian jaringan konsepsi sudah terlepas dari dinding rahim dan ada yang sudah berada di mulut rahim. Bila perdarahan terus terjadi, maka janin harus dikeluarkan. - Abortus komplet
Janin sudah terlepas sama sekali dari dinding rahim. Terjadi di awal kehamilan, saat plasenta belum terbentuk. Janin akan keluar, baik spontan maupun dengan alat bantu.
Cukup banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab keguguran, yaitu:
- Kelainan kromosom
Baik karena kelebihan atau juga karena kekurangan kromosom, sehingga janin tidak bisa tumbuh dan berkembang optimal. Pemeriksaan kromosom cukup sulit untuk dilakukan karena harus ke pusat penelitian khusus, yang membutuhkan waktu dan biaya mahal. - Kelainan rahim
Lemahnya mulut rahim. Janin turun dan keluar sebelum waktunya, sebab mulut rahim bisa membuka sendiri. Bentuk rahim tidak normal, misalnya seperti jantung, huruf T, atau mirip alpukat. Tidak normalnya bentuk rahim akan menyulitkan janin untuk tumbuh dan berkembang. - Adanya tumor atau miom bisa menghalangi pertumbuhan janin atau tertanamnya plasenta di dinding rahim.
- Infeksi
Penyebab infeksi, seperti kuman tuberkulosis (TBC) atau kuman TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simpleks), bisa menyerang sel telur, janin, dinding rahim, serta plasenta sehingga menyebabkan tumbuh kembang janin menjadi terganggu. Selain itu, demam tinggi, lemas, hilang nafsu makan, serta rasa tidak enak lainnya akibat penyakit infeksi, terutama infeksi yang berat, akan mengganggu jalannya kehamilan. - Ketidakseimbangan hormonal
Beberapa wanita diduga memiliki hormon progesteron yang kurang memadai. Padahal hormon ini bertugas menyiapkan dinding rahim agar embrio bisa menempel dengan baik dalam rahim dan sekaligus menjaganya. - Faktor usia
Semakin tua usia wanita, maka usia sel telur akan semakin tua, sehingga materi genetik yang tersimpan dalam sel telur juga cenderung menurun fungsinya. Hal ini memperbesar risiko terjadinya kelainan genetik. - Kelainan penggumpalan darah
Penyebabnya antara lain adalah tingginya anticardiolipin (sejenis antibodi) dalam tubuh. Bila penggumpalan darah terjadi di plasenta (trombosis), maka zat-zat gizi yang penting tidak akan pernah sampai ke janin.
0 komentar